Jelajah Gili Trawangan: Bersepeda dan Berburu Sunset

Begitu akhirnya mantap ke Lombok, saya tetapkan kalau Gili Trawangan akan jadi destinasi pertama saya. Well, mungkin karena memang termakan oleh tayangan di televisi dan media tentang keelokan Gili Trawangan, jadilah saya super penasaran dengan tempat yang satu ini. Tapi setelah tiba disana, hmm… sepertinya cukup sekali saja saya ke sana.

Setelah menembus hujan Subuh di Surabaya, terbang dari Bandara Juanda, naik Damri, lalu lanjut naik mobil carter, sampailah saya di Pelabuhan Bangsal sekitar pukul 10.30 (28/05/2015). Untuk mencapai Gili Trawangan, saya masih harus naik public boat dengan ongkos 18 ribu rupiah.

Santai di tepi pantai. (Gili Trawangan, Lombok)
Santai di tepi pantai. (Gili Trawangan, Lombok)

Begitu tiba di Gili Trawangan, perut saya mual! Hehe, kombinasi kurang tidur, lelah, dan ombak laut membuat perut saya teraduk-aduk tak karuan. Apalagi karena saya sudah lama juga nggak backpacking, sehari-hari kerja di dalam ruangan dan jarang olahraga memang sering bikin saya gampang lelah. Tapi kalau untuk liburan, wah kata lelah sudah harus segera dihapus sementara dari kamus kehidupan.

Kami menginap dengan menyewa kamar 250 ribu rupiah/malam yang sudah dilengkapi AC, twin sharing beds, TV satelit, dan kamar mandi yang sangat bersih. Sengaja memang pilih yang agak bagus, supaya istirahatnya bisa total. Maklum, saya juga orangnya agak kesulitan tidur kalau tempatnya kurang nyaman, hehe.

Liburan dulu, yuk!
Liburan dulu, yuk!

Setelah bersih-bersih badan, makan siang, jalan-jalan di pantai , dan istirahat sebentar, saya pun lanjut bersepeda dengan teman saya. Kami menyewa sepeda 40 ribu rupiah/24 jam. Tadinya sebenarnya tarif sewa adalah 50 ribu rupiah/24 jam, tapi karena nyewanya bareng-bareng jadilah bisa ditawar. Lumayan.

Yuk, bersepeda! Yiihaaa!
Yuk, bersepeda! Yiihaaa!

Terakhir bersepeda itu… sekitar empat tahun lalu waktu di Pangandaran. Dan ketika akhirnya nyoba bersepeda lagi, awalnya masih agak kaku, tapi lama-lama kembali terbiasa, yuhuuu! Sejak sepeda saya dijual beberapa tahun lalu, saya memang sudah tak pernah main sepedaan lagi. Begitu bisa main sepeda lagi, rasanya seneng banget, hoho.

Dari penginapan, saya bersepeda dengan tiga teman lain. Kami mulai bersepeda sekitar pukul 4.30 sore. Dari awal memang niatnya mau mengelilingi Gili Trawangan dan berburu sunset. Sepanjang perjalanan kami berpapasan dengan para pengendara sepeda lain, disalip cidomo, dan bersalipan juga dengan para bule yang sedang jogging. Sesekali harus menuntun sepeda ketika melewati jalan berpasir, kalau memaksakan diri bersepeda di jalan berpasir, wah siap-siap berpeluh-peluh atau bisa langsung jatuh.

Tetap senyum walau lelah, hehe.
Tetap senyum walau lelah, hehe.

Sepanjang jalan, kami sering disapa oleh para pribumi. Ada yang menyapa “assalamu’alaykum” (mungkin karnea melihat saya dan teman saya berkerudung), sampai ditawari ngebir atau ngewine, heu. Menjelang senja, banyak resto yang menyiapkan acara pesta. Kami juga melintasi berbagai resort yang terlihat begitu aduhai nyamannya. Gimana ya rasanya bisa nginap di resort-resort mewah itu?

Lalu kami berhenti di sebuah spot. Dari spot tersebut, kami bisa melihat matahari terbenam dengan begitu jelas dan indahnya. Kami memarkirkan sepeda merapat ke dinding, lalu turun ke tepian pantai menikmati senja.

What a magnificent sunset!
What a magnificent sunset!

Mendengar deburan ombak, merasakan sapuan angin laut, langit yang terasa mendamaikan, dan cahaya senja yang begitu hangat. Lelah, penat, dan keringat yang menetes memang tak bisa terhindari. Tapi kalau sudah bahagia, senyum pun terlihat tulus (meski sebenarnya wajah saat itu sedang super kusut, hehe).

Suasana yang sudah kembali membuat rindu.
Suasana yang sudah kembali membuat rindu.

Sudah lama saya tak mencoba “menghentikan waktu” menikmati setiap momen yang ada. Waktu yang terasa lebih lambat dan pelan menghadirkan ketenangan yang begitu berbeda. Seperti kembali ke sebuah rasa yang selama ini dirindukan (mendadak melankolis).

Bersepeda keliling Gili Trawangan.
Bersepeda keliling Gili Trawangan.

Sekitar tiga jam saya mengayuh sepeda. Perjalanan pun berakhir di pasar sentral. Kami memesan makan malam. Saat itu, saya patungan dengan seorang teman saya memesan udang asam manis. Suasana pasar juga ramai sekali. Orang dari berbagai negara dengan ragam bahasa tumplek blek. Dan bir ada di mana-mana.

Kabarnya Gili Trawangan memang cocok untuk acara pesta-pesta. Semakin malam, biasanya akan semakin ramai. Tapi malam itu, setelah kembali  ke penginapan sekitar pukul 20.30, saya memutuskan untuk tidur. Hehe, capek sangat ini badan.

Gili Trawangan memang indah. Tapi saya rasa cukup sekali saja saya ke sana. Tempat ini memang sudah “turis banget”. Kalau ada waktu dan kesempatan kembali menjelajah gili-gili di Lombok, saya akan mencoba menjelajah yang lain. Mencari surga dunia di tempat yang lain dan berburu keindahan matahari di sudut-sudut dunia yang lain.

 

3 thoughts on “Jelajah Gili Trawangan: Bersepeda dan Berburu Sunset

  1. Bang Ical

    Gili Trawangan hanya salah satu yang terindah. Terindah yang lain ada namanya Gili Kondo. Lain kali kalau ke Lombok, coba semua gili yah 😀

Leave a reply to Bang Ical Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.